Esai Foto

Setiap subjek, besar atau kecil, pribadi atau publik, memiliki potensi untuk menjadi sebuah esai foto.
Esai foto sebenarnya mengandalkan sebuah kebenaran yang sederhana. Menceritakan sebuah cerita melalui gambar /foto untuk menggugah dan bergerak daripada sekedar menggunakan kata-kata. Sebuah esai foto seringkali membuat emosi secara instan-karena sebuah esai foto dikerjakan oleh fotografer secara pribadi sehingga dimungkinkan keterlibatan emosianal pribadi.

Sejarah esai foto dan foto adalah hanpir setua praktek fotografi itu sendiri. Fotografer akan sadar bahwa sebuah foto dapat menciptakan respons emosional. Banyak fotografer menggunakan kekuatan ini untuk membuat esai foto sosial dan politik, seringkali berpusat pada ketidakadilan atau penderitaan. Respon masyarakat terhadap sosial sebuah esai foto atas gambar sering mengakibatkan perubahan sosial yang positif.

Banyak pembuat esai foto sangat aktif menceritakan sesuatu untuk mengubah opini publik. Lewis hine misalnya, foto esainya menggambarkan perlakuan buruh anak di awal abad ke-20 Amerika. Beberapa tahun kemudian, Walker Evans mengambil esa foto dari Alabama yang memberitakan soal depresi besar.

Kadang-kadang fotografer mengambil resiko untuk membuat foto esai. Contohnya, Lewis Hine yang mengajukan diri sebagai inspektur bangunan untuk mendapatkan akses ke anak buruh pabrik.

Pada tahun 1960, W. Eugene Smith membuat esai foto soal kelainan bentuk kelahiran yang disebabkan oleh polusi di desa Minamata Jepang. Polusi dari sebuah pabrik kimia lokal adalah keracunan ikan lokal bahwa desa makan. Smith, seperti banyak jurnalis foto, mempertaruhkan nyawanya untuk mengambil esai fotonya. Bahkan, Smith dipukuli oleh para pekerja di pabrik kimia, menyebabkan luka yang menyebabkan kematian pada akhirnya.

Namun, tidak setiap esai foto harus menceritakan kisah yang didorong oleh kesadaran sosial. Esai foto dapat menangani hampir semua subjek atau peristiwa, tidak peduli seberapa besar tingkat kemungkinan dramatis-nya peristiwa. Esai foto yang baik adalah yang dapat bertahan dalam ujian waktu, karena mereka mendokumentasikan kondisi manusia. Sebuah esai foto pernikahan (atau peristiwa yang kurang positif seperti perang) bertahan dalam ujian waktu karena masa depan pemirsa melihat bagaimana esai tetap relevan dalam waktu mereka sendiri.
Esai foto hanya perlu jujur ​​ketika bercerita tentang peristiwa faktual
Meski demikian serangkaian gambar yang membentuk sebuah esai foto dapat diambil dalam kurun waktu satu hari, namun kadangkala seorang fotografer dapat menghabiskan waktu lebih banyak dengan subyek-nya. Ketika bercerita tentang lingkungan tertentu, misalnya, fotografer dapat kembali ke lingkungan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Fotografer mendapatkan pemahaman khusus tentang subjek esai foto mereka karena mereka adalah subjek untuk waktu yang begitu lama. Atau subyek tersebut sudah dilihat cukup lama, maka akibatnya fotografer akan mengetahui di mana dan kapan paling mungkin untuk menangkap gambar terbaik sebagai esai foto.

Esai fotografi dapat menceritakan kisah-kisah dalam berbagai cara dengan menggunakan teknik yang berbeda. Kadang-kadang teks keterangan menjelaskan gambar dalam esai foto atau artikel yang panjang menyertai gambar. Ada pula kata-kata tidak diperlukan untuk sebuah esai foto. Beberapa esai foto mengikuti urutan kronologis, menunjukkan kemajuan seseorang atau peristiwa melalui waktu. Esai fotografi yang lain tidak memiliki perintah yang ditetapkan dan, sebaliknya, adalah kompilasi dari berbagai gambar bercerita. Sebuah esai foto mungkin muncul di sebuah majalah berita, akan diterbitkan sebagai buku, akan dipamerkan di sebuah galeri seni atau menjadi bagian dari album keluarga.

Sebuah esai foto bisa juga soal pernikahan, mungkin termasuk foto dari tahap perencanaan sampai dengan hari besar. Esai foto yang lain mungkin jejak kehidupan hewan peliharaan dari lahir sampai mati atau serangkaian foto hitam-putih (potret) yang diambil dari orang yang sama. Setiap subjek, besar atau kecil, pribadi atau publik, memiliki potensi untuk menjadi esai foto.

Akurasi sangat penting ketika menggunakan esai foto dalam halaman surat kabar atau untuk menyoroti isu-isu sosial. Dalam kasus tersebut, reputasi fotografer bergantung pada integritas dan kebenaran esai foto. Esai foto pribadi tidak perlu begitu benar-benar untuk hidup. Aspek lain yang perlu diingat adalah bahwa esai foto yang tidak harus menceritakan sebuah kisah yang benar. Misalnya, fotografi glamour dapat membuat esai foto fiksi, menyoroti naik dan jatuhnya sebuah bintang yang imajiner. Esai foto hanya perlu jujur ​​ketika bercerita tentang peristiwa faktual.


[ tommysat@gmail.com ] [follow me @thomazfoto] [  The Eye of Me ]




Posting Komentar

0 Komentar